YUK KENALI SUMBER KALORIMU!

 

Jakarta, 26 Januari 2015 – Seiring dengan berkembangnya tren gaya hidup urban modern, kita semakin dihadapkan pada pilihan produk yang semakin beragam, salah satuya adalah minuman ringan atau yang kerap dikenal dengan soft drinks, mulai dari minuman teh dalam kemasan, isotonik, sari buah, air minum dalam kemasan hingga minuman berkarbonasi/bersoda.  Ironisnya, hadirnya berbagai produk minuman ini seringkali dikaitkan dengan meningkatnya populasi yang mengalami kelebihan berat badan /obesitas. Salah satu faktornya adalah kontribusi kalori dari berbagai produk minuman ini. Sejauh mana hal ini saling berkorelasi?

Berbicara tentang obesitas, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dr. Andi Kurniawan, SpKO, menjelaskan bahwa Obesitas merupakan kondisi yang kompleks penyebabnya multifaktor, tidak bisa dikaitkan dengan satu penyebab tunggal, tapi lebih pada pola asupan gizi yang tidak seimbang dan tidak diimbangi dengan gaya hidup yang aktif. “Setiap hari kita mengkonsumsi berbagai makanan dan minuman dan semuanya berkontribusi pada asupan kalori sebagai ‘bahan bakar’ tubuh untuk beraktivitas.  Setiap kalori yang masuk harus diimbangi dengan kalori yang dipakai/dibakar melalui aktivitas fisik. Kalau tidak, kelebihan asupan kalori ini akan menumpuk menjadi lemak, dan inilah awal mula terjadinya obesitas”, jelas dr. Andi.

Re-analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 pada sampel orang dewasa berusia 18-45 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 190.000 orang dewasa dari berbagai daerah di Indonesia mununjukkan bahwa secara rata-rata nasi menyumbangkan hingga 44% dari total asupan kalori /hari/perorang. Kontribusi makanan lain terhadap asupan kalori relatif kecil dibandingkan nasi: minuman berpemanis tanpa susu (11%), kacang-kacangan (10%), kelompok daging merah dan daging ayam (9%), serta kelompok ikan dan makanan laut (7%); kelima makanan ini mengkontribusi lebih dari 80% asupan kalori sehari-hari. (Sumber: Re-analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2010)

 

chartSumber: Re-analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2010

  1. Helda Khusun, M.Sc, Senior Scientiest dari SEAMEO (South East Asian Ministers of Education Organization) Regional Center for Food and Nutrition yang melakukan re-analisis bersama dg team-nya memaparkan bahwa jika minuman berpemanis tanpa susu ini dirinci lebih detil, komponen terbesar dari minuman berpemanis yg berkontribusi terhadap asupan kalori penduduk Indonesia dewasa adalah kopi manis dan teh manis, yaitu secara rata-rata sebesar 10%. Sementara minuman berpemanis lainnya, seperti: minuman berkarbonasi/bersoda, jus buah, es pasar, minuman soda, sirup ataupun minum teh kemasan, secara total hanya berkontribusi 1% terhadap asupan kalori.

“Secara umum kontribusi kalori terbesar masih dari asupan nasi dan bukan dari minuman-minuman manis kemasan seperti yang banyak dibicarakan orang. Bahkan dari data kita bisa lihat bahwa konsumsi minuman berpemanis kemasan seperti minuman soda misalnya ternyata berkontribusi sangat kecil terhadap asupan kalori harian orang dewasa usia 18-45 tahun.”, tambah DR. Helda. Beliau menambahkan berdasarkan asupan kalori dan aktifitas fisik di lima kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar dan Surabaya) yang dilakukan pada bulan Desember 2014, soda dikonsumsi oleh 26% orang dewasa usia 18-45 tahun dengan rincian 16.5% mengkonsumsi secara bulanan dan hanya 2% yang mengkonsumsi lebih dari 3 kali seminggu. Situasinya mungkin berbeda pada kelompok usia lebih muda, misalnya remaja. Namun untuk mengetahuinya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada kelompok usia remaja ini.

Masih dalam peringatan Hari Gizi Nasional, Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) juga mengajak konsumen untuk lebih mengenal produk yang mereka konsumsi, salah satu-nya sumber asupan kalori mereka. Triyono Prijosoesilo, Ketua ASRIM mengatakan: “Kami terus mendorong para produsen untuk aktif mengedukasi masyarakat untuk mengenal kandungan gizi dalam produk mereka, namun di sisi lain konsumen juga dapat ikut aktif meningkatkan pengetahuan, salah satunya dengan cermat membaca label gizi pada kemasan produk.”

  1. Andi Kurniawan, SpKO, menambahkan, “Dengan memperhatikan jumlah asupan kalori kita dapat mengukur apakah kebutuhan kalori kita tercukupi, serta dapat mengukur seberapa banyak kalori yang perlu kita bakar lewat aktifitas fisik.”

Kebutuhan kalori masing-masing individu beragam, umumnya sekitar 1500-2000 kalori per hari. “Jumlah asupan kalori ini bisa menjadi seimbang jika kita membakar kalori dengan jumlah yang sama dengan asupan kalori. Misalnya rata-rata satu kaleng minuman bersoda (250mL) yang mengandung sekitar 100 kalori akan setara dengan melakukan aktifitas fisik berjalan kaki selama 24 menit (untuk individu dengan berat badan 70 kg). Intinya, selama kita bisa menyeimbangkan apa yang masuk dan aktifitas fisik yang cukup untuk membakarnya, maka semua akan baik-baik saja bagi tubuh”, tambah dr. Andi.

Mari lebih cermat memperhatikan asupan kalori dalam makanan dan minuman sehari-hari. Pastikan kita menjalankan gaya hidup dengan asupan gizi seimbang disertai dengan aktifitas fisik yang cukup. Kebiasaan sederhana tersebut bisa menjadi awal hidup yang sehat dan bugar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Current ye@r *