• November 6, 2014
Memahami Pemanis Rendah dan Tanpa Kalori

Pemanis rendah dan tanpa kalori yang digunakan pada makanan dan minuman telah diteliti secara luas dan dinyatakan aman untuk digunakan oleh semua kalangan

Walaupun sebagian berita internet menyatakan bahwa pemanis rendah dan tanpa kalori menyebabkan kanker dan penyakit lainnya, menurut U.S. National Cancer Institute (NCI- Lembaga Kanker Nasional Amerika Serikat), berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa pemanis ini tidak terkait dengan risiko kanker pada manusia.

Pemanis rendah dan tanpa kalori yang digunakan pada makanan dan minuman telah diteliti secara luas dan dinyatakan aman untuk digunakan oleh semua kalangan, termasuk anak-anak, penderita diabetes, dan ibu hamil atau menyusui. Satu-satunya pengecualian adalah orang yang lahir membawa kelainan genetik langka yang disebut dengan fenilketonuria (PKU – phenylketonuria). Iaharus membatasi dengan amat ketat asupan fenilalanin, sebuah asam amino umum yang merupakan komponen penyusun aspartam dan pangan protein, antara lain susu dan daging. Produk yang mengandung aspartam biasanya mencantumkan label sebagai peringatan terhadap penderita PKU tentang keberadaan fenilalanin.

Selama dasawarsa terakhir, pakar akademisi independen dan badan regulasi juga telah melakukan tinjauan tambahan untuk menjawab kekhawatiran konsumen terkait berita internet yang sering menghubungkan pemanis rendah kalori aspartam dengan efek buruk pada kesehatan, seperti kanker, kejang dan kenaikan berat badan. Hasil kajian menunjukkan bahwa aspartam tidak menyebabkan satu pun dari hal-hal yang dikhawatirkan itu sekaligus mengukuhkan keamanannya. Selain itu, U.S. National Cancer Institute (NCI – Lembaga Kanker Nasional Amerika Serikat) telah mengevaluasi penelitian tentang semua pemanis rendah dan tanpa kalori, dan menemukan bahwa bukti ilmiah menunjukkan bahwa bahan-bahan itu tidak terkait dengan kanker pada manusia.

Asupan Harian yang Diperbolehkan (ADI – Acceptable Daily Intake)

Untuk setiap pemanis rendah dan tanpa kalori yang digunakan pada makanan dan minuman, para pakar gizi dan kesehatan telah menetapkan suatu tingkat konsumsi yang aman. Tingkat ini, disebut dengan Asupan Harian yang Diijnkan (ADI – Acceptable Daily Intake), dinyatakan dengan miligram per kilogram berat badan dan mencerminkan jumlah yang boleh dikonsumsi dengan aman setiap hari seumur hidup seseorang. Namun, karena masing-masing ADI ditentukan berdasarkan penelitian yang tersedia dengan margin keamanan yang lebar, mengonsumsi sesekali lebih dari ADI tidak berarti akan langsung menimbulkan efek buruk pada kesehatan.Misalnya, ADI untuk aspartam adalah 100 kali di bawah Tingkat dengan Efek Tidak Teramati (NOEL – No Observed Effect Level) yang ditemukan pada studi utama terhadap binatang, yang mencakup studi keterpajanan seumur hidup.

Walaupun penggunaan makanan dan minuman dengan pemanis rendah dan tanpa kalori meningkat, faktor keamanan 100 kali lipat yang tertanam pada ADI, serta fakta bahwa setiap pemanis rendah dan tanpa kalori memiliki ADI terpisah dan demikian sedikit yang diperlukan untuk menyajikan rasa manis, akan menekan risiko mengonsumsi pemanis rendah atau tanpa kalori secara berlebihan . Alasan lain rendahnya risiko konsumsi berlebihan adalah bahwa banyak produk populer seperti Coca-Cola Zero™ menggunakan campuran pemanis rendah dan tanpa kalori. Menggunakan campuran bukan hanya membantu meningkatkan rasa, namun juga mengurangi jumlah total pemanis yang digunakan dan jumlah masing-masing pemanis yang diperlukan untuk memperoleh tingkat manis yang diinginkan. Saat ini, campuran paling umum adalah asesulfam kalium yang dipadukan dengan aspartam atau sukralosa.

U.S. Food and Drug Administration (FDA – Badan Pengawas Pangan dan Obat Amerika Serikat) bertanggung jawab menetapkan ADI untuk pemanis rendah dan tanpa kalori serta bahan tambahan pangan lainnya yang diizinkannya pada makanan dan minuman di Amerika Serikat. ADI yang ada untuk pemanis rendah dan tanpa kalori bagi penggunaan di negara lain telah ditentukan oleh Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA – Komite Pakar Gabungan FAO/WHO untuk Zat Aditif Pangan) danEuropean Food Safety Authority (EFSA – Otoritas Keamanan Pangan Eropa). Saran JECFA telah dianut oleh banyak negara, antara lain Argentina, Chile, Brasil, Meksiko, dan Indonesia di dalam kerangka perundang-undangan masing-masing negara. Nilai EFSA berfungsi sebagai acuan bagi 27 negara di Uni Eropa.

 

Sumber: http://beverageinstitute.org/indonesia/article/understanding-low-and-no-calorie-sweeteners-safety-guidelines-adi-and-estimated-intakes/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Current ye@r *