MEMAHAMI FAKTOR KESEIMBANGAN KALORI DAN HUBUNGANNYA DENGAN RESIKO GANGGUAN GINJAL

Jakarta, 26 Februari 2015 – Setiap harinya, tubuh membutuhkan kalori untuk beraktifitas. Asupan kalori dapat berasal dari berbagai sumber makanan dan minuman, salah satunya dari berbagai jenis minuman ringan berpemanis, seperti halnya minuman teh dalam kemasan, isotonik, sari buah, hingga minuman berkarbonasi/bersoda. Lalu muncul berbagai isu yang terkait antara konsumsi minuman ringan berpemanis ini dengan berbagai macam penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, hingga gangguan ginjal.

Melihat semakin terbukanya penyebaran informasi di masyarakat, Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) merasa perlu untuk mulai menfasilitasi diskusi-diskusi berkaitan dengan informasi seputar produk minuman bersama para pakar di bidangnya, sebagai bagian dari upaya agar konsumen dapat lebih mengenal produk minuman mereka secara benar. Hari ini, ASRIM yang secara khusus menghadirkan dua nara sumber: Dr. Elvina Karyadi, MSc, PhD, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Dr. Ginova Nainggolan, SpPD KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal & Hipertensi untuk membahas isu seputar faktor keseimbangan asupan kalori dan hubungannya dengan resiko gangguan ginjal.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang mengambil sampel sebanyak 190.000 orang dewasa berusia 18-45 tahun mewakili berbagai daerah di Indonesia memperlihatkan lima jenis asupan yang menyumbangkan kalori terbesar dalam pola makan masyarakat Indonesia. Kontribusi terbesar adalah Nasi yang menyumbangkan hingga 44% dari total asupan kalori /hari/perorang. Sementara kontributor lainnya relatif kecil: minuman berpemanis tanpa susu (11%), kacangkacangan (10%), kelompok daging merah dan daging ayam (9%), serta kelompok ikan dan makanan laut (7%); kelima makanan ini mengkontribusi lebih dari 80% asupan kalori sehari-hari (Sumber: Riskesdas, 2010).

Dr. Elvina Karyadi, MSc, PhD, SpGK, menjelaskan, “Kita perlu memahami bahwa kita semua butuh asupan kalori, dimana masing-masing individu beragam, umumnya sekitar 1500-2000 kalori per hari. Sumber makanan kita mengandung Karbohidrat, Lemak, Protein, serta Vitamin dan Mineral. Selain itu gula, garam, minyak juga merupakan bagian dari makanan kita dimana gula merupakan unsur yang berkontribusi terhadap asupan kalori. Semua makanan atau minuman yang mengandung unsur itu akan berkontribusi terhadap total asupan kalori perhari kita. Yang menjadi masalah adalah ketika gaya hidup kita santai atau kurang gerak, maka kalori yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan yang terbakar oleh aktivitas/gerak tubuh. Lambat laun kelebihan kalori ini akan tertumpuk menjadi lemak tubuh dan akhirnya dapat menimbulkan Sindrom Metabolik, dan menyebabkan beragam peryakit, seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.”

“Jadi untuk mendapatkan tubuh yang tetap sehat dan bugar, artinya kita harus menjaga asupan gizi seimbang yang juga diikuti dengan gaya hidup yang aktif, bukan semata menghindari suatu jenis makanan dan minuman tertentu. Konsumsi makanan dan minuman yang berkontribusi terhadap asupan kalori dapat diseimbangkan dengan aktivitas fisik/olah raga yang teratur, sehingga tidak menimbulkan kelebihan kalori pada tubuh yang mengakibatkan gangguan kesehatan seperti kegemukan dan penyakit penyerta lainnya,” tambah Dr. Elvina Karyadi, MSc, PhD, SpGK.


Keseimbangan Kalori dan Resiko Gangguan Ginjal

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal & Hipertensi, Dr. Ginova Nainggolan, SpPD-KGH, berpendapat bahwa jika kita menarik kesimpulan bahwa peningkatan resiko penyakit ginjal disebabkan oleh satu faktor tunggal seperti halnya mengkonsumsi minuman berpemanis atau minuman bersoda misalnya, maka hal itu tidak tepat. “Penurunan fungsi ginjal itu penyebabnya kompleks dan multi faktor. Kita tidak bisa mengarahkan pada satu penyebab saja. Salah satu faktor pendorongnya justru dari kondisi-kondisi seperti Hipertensi dan Diabetes. Karena itu, sebenarnya semua saling terkait. Gaya hidup santai (kurang gerak) yang ditambah dengan pola asupan gizi tidak seimbang justru berperan penting dalam meningkatkan resiko penyakit ginjal”.

Hasil kajian dari US National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Desease mengidentifikasikan bahwa resiko penyakit ginjal kronis disebabkan oleh faktor-faktor seperti: diabetes, tekanan darah tinggi, dan sejarah medis keluarga yang mengidap gagal ginjal. Saat dikaitkan dengan minuman ringan berpemanis, seperti misalnya minuman berkarbonasi, Dr. Ginova Nainggolan, SpPD-KGH menyatakan tidak ada korelasi langsung antara minuman bersoda dengan gangguan ginjal. “Selama diikuti dengan gaya hidup yang seimbang, meminum minuman bersoda tidak serta merta merusak fungsi ginjal. Konsumsi berbagai jenis obat-obatan yang tidak mengindahkan anjuran-anjuran dokter, yang dilakukan secara berkepanjangan justru lebih meningkatkan resiko kerusakan ginjal,” jelasnya.

Pernyataan Dr. Ginova ini mengingatkan kita pada studi Andrew S. Bomback bersama empat pakar lain asal Amerika pada tahun 2009 yang diakui para ahli dibidang Nefrologi (Ginjal) dan telah dipublikasikan sebagai jurnal ilmiah. Andrew S Boomback bersama para ahli lainnya membandingkan 477 orang dalam Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA) dan meneliti hubungan antara konsumsi minuman berpemanis lebih dari 1 porsi/hari, lebih dari 1 porsi/minggu dan 1-6 porsi/minggu terkait dengan kondisi penyakit ginjal kronis.

Salah satu temuannya yang sudah dipublikasikan sebagai Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah. (American Journal of Clinical Nutrition. First published ahead of print September 9, 2009) adalah tidak ada perbedaan dalam hal resiko secara klinis pada penurunan fungsi ginjal. Penelitian ini juga menyimpulkan adanya kelemahan hubungan konsumsi minuman berpemanis dengan peningkatan resiko penyakit ginjal kronis.

“Masyarakat harus mendapatkan informasi yang benar dan komprehensif terkait dengan isu-isu kesehatan, termasuk tentang asupan makanan dan minuman, serta pentingnya gaya hidup aktif. Kesimpangsiuran informasi dapat membingungan masyarakat, dan lebih jauh menciptakan persepsi yang salah. Kita ingin membangun masyarakat yang semakin pintar dan kristis. Salah satunya dengan menghadirkan informasi-informasi seputar produk minuman yang disertai dengan bukti penelitian ilmiah teruji,” ungkap Suroso Natakusuma, Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASRIM dalam media briefing Korelasi Keseimbangan Kalori dan Gangguan Ginjal di Jakarta, hari ini.

Temukan dan follow kami di Media Sosial, dan dapatkan informasi terkini mengenai Asosiasi Industri Minuman Ringan.

Artikel berdasarkan bulan
Artikel berdasarkan kategori